Jakarta – Sub holding Palm Co yang berada di bawah PTPN Group berencana melakukan penawaran umum perdana alias IPO tahun ini. Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo memprediksi saham Palm Co saat IPO nanti akan sangat diminati investor karena memiliki aset besar dan akan signifikan menambah kapitalisasi pasar saham domestik.
Luas lahan Palm Co diketahui di atas 500 ribu hektare dan ada bank tanah yang bisa dikembangan. IPO menurutnya menjadi langkah yang tepat untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki perusahaan.
“Kalau kondisi fundamental perusahaan saya kira bagus karena bisa dilihat dari total aset, memiliki kapitalisasi pasar besar, sehingga menggerakkan aktivitas saham. Apalagi nilai asetnya bisa di atas Rp 100 triliun,” ujar Lukcy dalam keterangannya, Jumat (5/1/2023).
Lucky mengatakan jika ingin melakukan IPO, waktu yang tepat adalah sekitar Maret atau April 2023. Menurutnya IPO jangan sampai dilakukan di awal tahun karena saat ini pelaku pasar masih melakukan konsolidasi terhadap prediksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Selain itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih rawan koreksi. Dari sisi teknikal, dia mengatakan setelah IHSG mencapai titik stabilnya di batas bawah, maka saat itulah waktu yang tepat untuk menawarkan saham perdana kepada investor karena harga akan naik.
“Palm Co harus merancang market timing atau waktu pasar yang tepat. Menurut saya adalah tiga atau empat bulan ke depan, seperti Maret atau April. Karena nantinya sentimen harga komoditas yang akan mendorong menguatnya harga CPO,” sebut Lucky.
Nilai aset Holding PTPN Group hingga Semester II/2022 mencapai Rp 149 triliun meningkat sebesar 10,32% dari periode yang sama tahun lalu. Sejak melakukan reorganisasi, nilai aset PTPN Group menunjukkan tren naik. Sementara itu, Palm Co akan mengelola bisnis kelapa sawit dari PTPN I hingga PTPN IV. Porsi bisnis sawit di Holding PTPN Group yang akan dikelola oleh Palm Co sekitar 73% dalam laporan keuangan perusahaan per Juni 2022.
“Aset ini jagoan karena penguasaan lahan. Penguasaan lahan sekian banyak itu bukan menjadi pembeda, justru menjadi satu keunggulan yang belum dapat dicapai oleh entitas lain karena memang latar belakang penggabungan lahan usaha PTPN,” jelas Lucky.
Setelah unggul dari sisi aset, Palm Co harus bisa menjawab apakah lahan yang luas itu menjadikan perusahaan agresif mencapai target kinerja, pertumbuhan nilai buku, laba per saham, kebijakan menerbitkan dividen, serta alat ukur keberhasilan kinerja emiten lain.
Selain aset, satu lagi yang menjadi keungulan Palm Co adalah rencana pengembangan bisnis energi terbarukan (ET) dengan memproduksi biodiesel. Energi Terbarukan, menurutnya, sangat relevan dengan arah kebijakan Pemerintah dan tren korporasi, sehingga menjadi momentum juga bagi Palm Co melakukan percepatan pengembangan bisnis. Bisnis Energi Terbarukan Palm Co, akan menjadi daya tarik khusus bagi investor serta publik karena bisnis bahan bakar ramah lingkungan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang menjadi visi jangka panjang semua negara di dunia.
“Energi terbarukan sangat relevan dengan pipe line antara Pemerintah dan korporasi karena peran dari CPO untuk substitusi energi dan sumbernya dari alam. Ini momentum bagi Palm Co untuk melakukan akselerasi karena ada kebijakan Pemerintah yang menyertai,” terangnya.