logo_lbp

Animo IPO 2016 Tinggi, BEI Bisa Jaring 35 Emiten Lebih

beritasatu.com

beritasatu.com

DATE

October 25, 2022

Jakarta – Animo perusahaan untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada tahun depan relatif tinggi. Salah satu pemicunya adalah pelonggaran modal bagi perusahaan yang hendak listing di bursa saham. Dengan kondisi itu, bukan tidak mungkin Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa menjaring lebih dari 35 emiten pada tahun depan.

Analis dan CEO LBP Enterprises Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan, animo perusahaan untuk menjadi emiten pada tahun depan harusnya cukup tinggi. Pertama, Indonesia sudah mulai memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), hal ini menuntut pelaku industri yang ada di Indonesia untuk mencatatkan perusahaannya di bursa saham agar bisa lebih terlibat dalam dinamika pasar tunggal Asean. Kedua, kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membolehkan calon emiten memiliki modal serendah-rendahnya Rp 5 miliar akan memacu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk melakukan IPO. “Dulu untuk jadi emiten, perusahaan harus bermodal puluhan miliar, namun sekarang cukup Rp 5 miliar. Ini patut diapresiasi, ini akan menjadi sinyal yang sangat baik bagi UKM untuk IPO. Tahun depan, emiten bisa jadi lebih dari 35,” kata dia kepada Investor Daily, kemarin.

Selanjutnya, kata dia, animo untuk IPO akan tinggi tahun depan karena jumlah emiten di bursa saham Indonesia jauh lebih sedikit dibanding negara lain di kawasan Asia, seperti Taiwan, Korea, Singapura, bahkan Thailand. Hal ini menunjukkan ciri dari negara berkembang. Padahal agar bisa dicirikan sebagai negara maju, jumlah emiten harus tumbuh dari tahun ke tahun. Artinya, apabila Indonesia ingin menjadi negara maju, pemerintah mau tak mau harus mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk IPO. “Pemerintah dan pemangku kepentingan bursa juga akan bergerak dinamis untuk meningkatkan jumlah emiten karena dengan tumbuhnya jumlah emiten berarti likuiditas bursa makin menarik,” jelas Lucky Bayu.

Pelaku pasar sendiri pun sangat mendorong agar emiten bertambah. Menurut Lucky, saat ini otoritas bursa lebih banyak fokus untuk menambah jumlah investor namun sedikit lupa untuk menambah emiten. Sudah menjadi tugas pokok otoritas bursa untuk menambah jumlah investor sekaligus jumlah emiten, bukan hanya fokus pada jumlah investor semata. Di Indonesia, menambah jumlah investor menjadi 2 juta misalnya, tidaklah mudah. “Ibarat makanan, selama bertahun-tahun pelaku pasar hanya menikmati menu nasi goreng yang itu-itu saja, padahal kami juga ingin nasi goreng rasa kambing yang spesial. Jadi menambah emiten dan investor harus paralel,” kata dia.

MORE

ARTICLES