logo_lbp

Harga Minyak Dunia Naik, Inflasi RI Bisa Meningkat Jadi 3,52%-4,25% Pada Akhir Tahun

lbp.enterprises

lbp.enterprises

DATE

September 14, 2023

Ipotnews – Inflasi Indonesia bisa meningkat menjadi 3,52% – 4,25% di akhir tahun ini akibat dampak dari kenaikan harga minyak dunia.
Ekonom dan praktisi pasar modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan kenaikan harga minyak dunia masih bisa terus terjadi ke depan. “Sebetulnya dari segi produksi dan ketersediaan sejauh ini tidak ada masalah, tetapi dari sisi sentimen geopolitik yang lebih menjadi persoalan,” kata Bayu saat dihubungi Ipotnews, Selasa (12/9).
Sebagaimana diketahui, melejitnya harga minyak dunia dalam seminggu terakhir ini dipicu setelah Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar dunia, memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan ini merupakan tambahan dari pemotongan produksi pada bulan April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC + yang berlaku hingga akhir tahun 2024.
Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan yang dilakukan Saudi sebesar 1 juta barel per hari (bpd) sementara Rusia telah memangkas 300.000 barel per hari.
Kedua negara akan meninjau keputusan pemotongan tersebut setiap bulan untuk mempertimbangkan memperdalam pemotongan atau meningkatkan produksi tergantung pada kondisi pasar.
“Apalagi Rusia dan Arab Saudi adalah bagian dari aliansi BRICS yang menjadi saingan pihak AS dan sekutunya,” ujar Bayu.
Bayu mengakui dampaknya terhadap inflasi Indonesia tak bisa dipandang remeh. Pada saat terjadi perang Rusia – Ukraina pada Februari 2022, harga minyak dunia bergejolak naik dan mempengaruhi inflasi Indonesia yang sempat lebih dari 5%.
Kondisi ini kemungkinan besar akan berimbas kepada kenaikan harga BBM non subsidi di dalam negeri. Sementara harga BBM subsidi kemungkinan akan tetap dipertahankan pemerintah karena sudah mendekati momentum Pemilu Serentak pada 14 Februari 2024. Namun kenaikan beban biaya logistik tetap sulit untuk dihindari.
“Jadi inflasi akhir tahun ini kemungkinan antara 3,52% – 4,25%,” tutup Bayu.
Inflasi pada Agustus 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,01%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2023 tercatat deflasi sebesar 0,02% (mtm), sehingga secara tahunan mengalami inflasi 3,27% (yoy).
Inflasi yang terjaga merupakan hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah ( TPIP dan TPID ) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali. BI memprediksi ada di kisaran sasaran 3,01% pada sisa tahun 2023 dan 2,5%1% pada 2024.
Inflasi inti tetap terjaga rendah. Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2023 tercatat sebesar 2,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,43% (yoy).
Inflasi kelompok volatile food menurun. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 2,42% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,03% (yoy).
Kelompok administered prices juga mencatat deflasi. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices terus menurun menjadi 8,05% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,42% (yoy).(Adhitya)

Sumber : admin

MORE

ARTICLES

News

Penguatan Rupiah Tunggu Klimaks Keputusan The Fed

VIVA.co.id Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo memproyeksikan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, masih akan mengalami tekanan hingga akhir September 2015. Pada saat